Menginjakkan kaki di Bumi Lambung Mangkurat rugi banget kalo nda ngunjungi berbagai tempat wisatanya dan mengabadikannya. Sebuah kota yang selalu dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, tak pernah bosan untuk dijelajahi dan dikunjungi. Berbagai tempat wisata yang menarik, tak pernah luput dari jepretan kamera. Kota yang terkenal dengan kota seribu sungai ini mempunyai sudut-sudut menarik yang menjadi hasil jepretan saya. Banyak sekali, tempat-tempat yang wajib dan mesti di kunjungi jika sudah berada di kota seribu sungai ini. Berikut daftar tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi seperti pasar terapung, jembatan barito, mesjid Raya Sabilal Muhtadin, siring, pantai jodoh, jajanan tarakan dan masih banyak lagi.
“Jembatan Barito”
Dari kota Banjarmasin, dengan waktu kurang lebih sekitar satu jam akan sampai di Kota Pleihari. Pleihari adalah kota yang selalu menjadi pusat tujuan utama saya jika ingin berwisata. Pasalnya saja, letak geografis kota Pleihari ini sangat dekat dengan pantai. Di kota ini terdapat dua pantai, yakni pantai takisung dan batakan. Untuk sampai di pantai Takisung, saya memerlukan waktu yang tak begitu lama. Jika di itung-itung dari kota Pleihari, memerlukan waktu sekitar setengah jam. Di sekitar pantai ini juga terdapat para pedagang yang menjual beberapa hasil laut. Tak hanya itu, harga-harga juga tak semahal dibandingkan pasar. (Asal pintar menawar, pasti tidak akan terkecoh dengan mulut manis penjual). Tak hanya hasil laut saja yang dijual, para penduduk pesisir pantai ternyata sangat kreatif. Mereka membuat berbagai aksesoris yang berbahan dari cangkang-cangkang keong yang udah ditinggalkan pemiliknya, yang kemudian dihias sedemikian apiknya sehingga dapat membuat berbagai souvenir yang lucu-lucu. Seperti figura foto, jam dinding, dan banyak lagi.
Di kota ini terdapat taman yang selalu dikunjungin oleh muda-mudi, tak hanya itu para orang tua dan yang ingin menikmati asrinya Taman Kijang Kencana. Letak taman ini berada di tengah kota Pleihari, taman yang begitu asri dengan dekorasinya yang sangat unik. Sehingga membuat dominasi taman yang begitu indah. Sambil menikmati indahnya taman ini, sesekali saya menyeruput segarnya es kelapa di siang hari dan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Hmmm … sejuk sekakli. Minuman yang menyegarkan di tenggorakkan itu, dapat dijumpai di sekitar taman sambil menikmati indahnya kota Pleihari.
Tak jauh dari taman minggu raya, terdapat sebuah lapangan yang sangat luas. Lapangan Dr. Murjani itu lah yang biasa disebutkan oleh kalangan muda-mudi. Lapangan Murjani, dikelilingin oleh kantor-kantor pemerintahan yang berjejer rapi. Lapangan Murjani ini setiap sorenya tak pernah sepi oleh muda-mudi yang hilir mudik silih berganti. Hingga malam menjelang pun, lapangan Murjani terus dipenuhi oleh kalangan muda-mudi. Di antara dinginnya malam, dan kepulan asap dari bakaran jagung yang membuat hangat sekeliling.
Di dekat pertokoan permata itu, terdapat Jajanan Tradisional yang berjejer rapi. Di sana terdapat beraneka macam jajanan khas banjar. Ada kelelepon, bingka, petah, jaring (jengkol, yang baunya sangat semerbak di antara jeretan jajanan itu), dan jajanan yang lain. Biasanya sih, jika untuk dijadikan oleh-oleh kebanyakan adalah kelelepon. Kelelepon adalah jajanan yang paling khas Martapura. Sebab, warnanya yang berwarna hijau, dan bulat. Di dalamnya juga ada gula merah dan ditaburi kelapa di atasnya. Mmm… enakkk.
Selain itu, Martapura juga terkenal dengan kota yang sangat agamis. Kota Martapura juga mendapat julukan sebagai Kota Serambi Mekkah. Tau ga sih, ternyata sebagian dari deretan papan nama kantor-kantor pemerintahan, bertulisan bahasa Arab. Mmm … Sungguh kota yang agamis. Enggak hanya itu aja, Martapura juga mempunyai sebuah mesjid besar yang ikut serta menambah deretan nama mesjid besar di Kalimantan Selatan. Mesjid Agung Al Karomah, yang terletak di samping Pasar Batuah Martapura.
Di desa Candi Laras ini banyak menghasilkan berbagai macam kerajinan tangan dari ilung lho. Seperti tas, topi, kipas, dompet, tikar dan banyak lagi. Bentuk-bentuknya pun enggak membosankan. Kalaunya ingin menurut selera sih, bisa langsung datang ke desa Candi Laras ini dan langsung bertemu dengan pengrajinnya. Dari desa ini saya juga bisa melihat sunset. Di belakang rumah, di pinggir sungai, di antara remang-remang senja kuning. Hmmm,,, pemandangan yang sungguh indah.
Sebelum pergi ke Loksado, tentunya saya akan melewati kota Kandangan. Kota yang terkenal dengan dodolnya yang khas. Dodol Kandangan. Jajanan khas kota Kandangan ini, berwarna hitam. Tapi, jangan salah dan terkecok dengan warnanya yang hitam. Warna hitam, ternyata mempunyai cita rasa yang khas di lidah. Tak jarang jika pergi ke luar kota, selain kelelepon pastinya tak lupa juga membawa dodol kandangan sebagai cidera mata untuk sanak saudara.
Loksado terletak di sebelah Timur Kota Kandangan, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sana kurang lebih 40 km dan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Jalan yang berliku dan berkelok-kelok serta udara tanpa polusi membuat perjalanan menjadi menyenangkan. Kurang lebih 1 km dan 15 menit berjalan kaki dari Desa Hulu Banyu Loksado, saya sudah sampai di sumber air panas Tanuhi.
Berendam di air panas Tanuhi ini membuat badan menjadi ringan, beban di kaki terasa hilang. Di tempat ini memiliki beberapa fasilitas seperti, lapangan tenis, 10 buah cottage, cafetaria, kolam renang, kolam air pans, kantor pengelola, dan loket pos jaga (security), tempat santai, di sini saya bisa sesuka hati memandang pemandangan di sekitar Tanuhi yang dikelilingin pegunungan.
Sepertinya kurang afdol rasanya jika saya tidak mengunjungi objek wisata lainnya yang ada di Loksado. Kali ini saya akan menunjungi air terjun Malaris. Selama perjalanan yang mampu ditempuh kurang lebih dua jam dengan berjalan kaki, terlihat beberapa rumah-rumah asli suku dayak meratus. Perjalanan menuju ke air terjun Malaris harus melewati beberapa jembatan gantung. Membuat kepala terasa sedikit pening.
Sesampainya di air terjun haratai, segala penat seketika langsung hilang. Melihat derasnya aliran air terjun haratai. Brrr … airnya dingin banget. Rasanya seperti berendam di dalam lelehan es. Kelamaan berendam, bukannya keluar angin tapi jadi masuk angin.
Ternyata memang banyak banget keanekaragaman budaya yang unik dan tempat-tempat wisata, ini membuat Kalimantan Selatan ga pernah sepi di kunjungin oleh para wisatawan dan petualang.
Semestinya, kita patut bersyukur akan segala keanekaragaman yang dimiliki saat ini. Ternyata kita juga ga kalah sama bangsa lain, yang katanya udah maju banget. Kenyataannya, banyak banget turis-turis yang datang ke Indonesia. Hanya untuk melihat, menikmati segala keunikan budaya kita. Sebagai anak bangsa, kita wajib menjaganya, melestarikannya. Jangan sampai terjamah oleh tangan-tangan kotor yang ingin merusaknya.
Sungguh mengesankan, mengunjungi segala tempat wisata di Kalimantan Selatan adalah pengalaman yang tak pernah terlupakan dan hanya mampu terseimpan di dalam benak, pikiran, hati, dan jepretan-jepretan kamera. Hanya deretan kata-kata ini yang bisa di lontarkan untuk Kalimantan Selatan, ”Ih, Wow … Dasyhat … Kerennyaaaa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar