Selasa, 24 Agustus 2010

Tempat Wisata di Kalimantan Selatan

Banjarmasin adalah kota yang mendapat julukan sebagai ’Kota Seribu Sungai’ karena kota ini berada pada muara beberapa sungai secara geografis terletak pada salah satu pulau yang terbesar di Indonesia, yakni pulau Kalimantan atau yang lazim disebut pulau borneo. Banjarmasin masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sebuah kota yang penuh dengan keanekaragamaan Budaya. Dikutip dan ditilik dari website Pemerintah Kalimantan Selatan, Provinsi ini mempunyai luas sekitar 36.985 km2. Banjarmasin memasuki zona waktu Indonesia bagian Tengah.
Menginjakkan kaki di Bumi Lambung Mangkurat rugi banget kalo nda ngunjungi berbagai tempat wisatanya dan mengabadikannya. Sebuah kota yang selalu dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, tak pernah bosan untuk dijelajahi dan dikunjungi. Berbagai tempat wisata yang menarik, tak pernah luput dari jepretan kamera. Kota yang terkenal dengan kota seribu sungai ini mempunyai sudut-sudut menarik yang menjadi hasil jepretan saya. Banyak sekali, tempat-tempat yang wajib dan mesti di kunjungi jika sudah berada di kota seribu sungai ini. Berikut daftar tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi seperti pasar terapung, jembatan barito, mesjid Raya Sabilal Muhtadin, siring, pantai jodoh, jajanan tarakan dan masih banyak lagi.

“Jembatan Barito”
“Sisi Laen Jembatan Barito”
“Mesjid Raya Sabilal Muhtadin”
“Siring”
“Jajanan Tarakan”

Dari kota Banjarmasin, dengan waktu kurang lebih sekitar satu jam akan sampai di Kota Pleihari. Pleihari adalah kota yang selalu menjadi pusat tujuan utama saya jika ingin berwisata. Pasalnya saja, letak geografis kota Pleihari ini sangat dekat dengan pantai. Di kota ini terdapat dua pantai, yakni pantai takisung dan batakan. Untuk sampai di pantai Takisung, saya memerlukan waktu yang tak begitu lama. Jika di itung-itung dari kota Pleihari, memerlukan waktu sekitar setengah jam. Di sekitar pantai ini juga terdapat para pedagang yang menjual beberapa hasil laut. Tak hanya itu, harga-harga juga tak semahal dibandingkan pasar. (Asal pintar menawar, pasti tidak akan terkecoh dengan mulut manis penjual). Tak hanya hasil laut saja yang dijual, para penduduk pesisir pantai ternyata sangat kreatif. Mereka membuat berbagai aksesoris yang berbahan dari cangkang-cangkang keong yang udah ditinggalkan pemiliknya, yang kemudian dihias sedemikian apiknya sehingga dapat membuat berbagai souvenir yang lucu-lucu. Seperti figura foto, jam dinding, dan banyak lagi.
“Pantai Takisung”
Di kota ini terdapat taman yang selalu dikunjungin oleh muda-mudi, tak hanya itu para orang tua dan yang ingin menikmati asrinya Taman Kijang Kencana. Letak taman ini berada di tengah kota Pleihari, taman yang begitu asri dengan dekorasinya yang sangat unik. Sehingga membuat dominasi taman yang begitu indah. Sambil menikmati indahnya taman ini, sesekali saya menyeruput segarnya es kelapa di siang hari dan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Hmmm … sejuk sekakli. Minuman yang menyegarkan di tenggorakkan itu, dapat dijumpai di sekitar taman sambil menikmati indahnya kota Pleihari.
“Taman Kijang Kencana”
Memang tak salah, jika Banjarbaru dijuluki sebagai ’Kota Idaman’. Disekeliling jalan kota ini tumbuh berbagai macam tanaman yang rindang untuk dipandang, selain itu tanaman-tanaman itu membuat kota ini semakin teduh. Sebuah kota yang menjadi Idaman setiap penghuninya. Kota kecil yang di tata sedemikian indahnya, dilengkapi oleh sarana dan prasarana seperti, Rumah Sakit, Sekolah, Universitas, kantor Pemerintahan, dan sebagainya. Berjalan-jalan di kota Banjarbaru, kurang lengkap jika tidak mengunjungi Taman Minggu Raya. Taman Minggu Raya terletak di depan ruas jalan A.Yani yang didekatnya terdapat beberapa cafe-cafe kecil yang menjual jajanan ringan. Seperti, roti bakar, serta minuman yang mampu menikmati suasana kota Idaman ini.
Tak jauh dari taman minggu raya, terdapat sebuah lapangan yang sangat luas. Lapangan Dr. Murjani itu lah yang biasa disebutkan oleh kalangan muda-mudi. Lapangan Murjani, dikelilingin oleh kantor-kantor pemerintahan yang berjejer rapi. Lapangan Murjani ini setiap sorenya tak pernah sepi oleh muda-mudi yang hilir mudik silih berganti. Hingga malam menjelang pun, lapangan Murjani terus dipenuhi oleh kalangan muda-mudi. Di antara dinginnya malam, dan kepulan asap dari bakaran jagung yang membuat hangat sekeliling.
“Taman Idaman Banjarbaru”
Banjarbaru di apit oleh dua kota besar, Banjarmasin dan Martapura. Berbincang-bincang mengenai kota Martapura, kota ini sepertinya sudah tak asing lagi untuk di dengar bahkan hingga mancanegara. Kota Martapura mendapat sebutan sebagai ’Kota Berintan’. Di kota ini terdapat sebuah Pusat Pertokoan Permata Cahaya Bumi Selamat. Pertokoan ini merupakan pusat terbesar penjualan permata, berlian, batu-batuan berharga, intan dan segala souvenir lainnya. Semua itu bisa diperoleh dengan harga yang sesuai dengan kantong. Pusat Pertokoan Permata Cahaya Bumi Selamat adalah tempat yang tak boleh terlewati jika berkunjung di kota ini.
Di dekat pertokoan permata itu, terdapat Jajanan Tradisional yang berjejer rapi. Di sana terdapat beraneka macam jajanan khas banjar. Ada kelelepon, bingka, petah, jaring (jengkol, yang baunya sangat semerbak di antara jeretan jajanan itu), dan jajanan yang lain. Biasanya sih, jika untuk dijadikan oleh-oleh kebanyakan adalah kelelepon. Kelelepon adalah jajanan yang paling khas Martapura. Sebab, warnanya yang berwarna hijau, dan bulat. Di dalamnya juga ada gula merah dan ditaburi kelapa di atasnya. Mmm… enakkk.
“Tugu Martapura”
Selain itu, Martapura juga terkenal dengan kota yang sangat agamis. Kota Martapura juga mendapat julukan sebagai Kota Serambi Mekkah. Tau ga sih, ternyata sebagian dari deretan papan nama kantor-kantor pemerintahan, bertulisan bahasa Arab. Mmm … Sungguh kota yang agamis. Enggak hanya itu aja, Martapura juga mempunyai sebuah mesjid besar yang ikut serta menambah deretan nama mesjid besar di Kalimantan Selatan. Mesjid Agung Al Karomah, yang terletak di samping Pasar Batuah Martapura.
“Mesjid Al-Karomah Martapura
Kabupaten Tapin masih terdaftar dalam wilayah Kalimantan Selatan. Tepatnya di kota Rantau, ada sebuah desa yang menarik dan patut untuk dikunjungin. Bisa dikatakan sangat penting, karena hasil kerajinan dari penduduk desa itu akan menambah aset pemerintah Kalimantan Selatan. Bila menggunakan kendaraan roda empat, jarak yang ditempuh sekitar satu jam dan itu jika tidak ada hambatan dari kota Banjarbaru. Rantau mempunyai sebuah Desa yang rata-rata penduduknya adalah pengrajin ilung (enceng gondok yang dikeringkan). Hasil kerajinan itu akan dibawa/dipasarkan di Pasar Batuah Martapura. Kebanyakan para pemasok barang, membawanya ke Pusat Pertokaan Permata Cahaya Bumi Selamat. Untuk mencapai Desa Candi Laras Margasari bisa menggunakan long boat atau melewati jembatan gantung yang membelah sungai Martapura. Jembatan ini pun hanya bisa dilalui oleh dua orang dan satu kendaraan roda dua. Kalaunya habis berjalan di atas jembatan gantung ini, berjalan di jalanan yang datar pun masih terasa goyangannya.
Di desa Candi Laras ini banyak menghasilkan berbagai macam kerajinan tangan dari ilung lho. Seperti tas, topi, kipas, dompet, tikar dan banyak lagi. Bentuk-bentuknya pun enggak membosankan. Kalaunya ingin menurut selera sih, bisa langsung datang ke desa Candi Laras ini dan langsung bertemu dengan pengrajinnya. Dari desa ini saya juga bisa melihat sunset. Di belakang rumah, di pinggir sungai, di antara remang-remang senja kuning. Hmmm,,, pemandangan yang sungguh indah.
“Sunset Margasari”
“Pengrajin Ilung”
Beranjak ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Di kabupaten HSS ini banyak menampung keanekaragaman budaya dan pariwisata yang sangat cocok untuk dikunjungin. Seperti objek wisata air panas Tanuhi, air terjun haratai, air terjun malaris, Goa Batu Bini, Goa Mandala, dan masih banyak lagi. Tapi saya hanya mampu mengunjungi wisata air panas tanuhi, air terjun haratai, dan air terjun malaris.
Sebelum pergi ke Loksado, tentunya saya akan melewati kota Kandangan. Kota yang terkenal dengan dodolnya yang khas. Dodol Kandangan. Jajanan khas kota Kandangan ini, berwarna hitam. Tapi, jangan salah dan terkecok dengan warnanya yang hitam. Warna hitam, ternyata mempunyai cita rasa yang khas di lidah. Tak jarang jika pergi ke luar kota, selain kelelepon pastinya tak lupa juga membawa dodol kandangan sebagai cidera mata untuk sanak saudara.
Loksado terletak di sebelah Timur Kota Kandangan, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sana kurang lebih 40 km dan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Jalan yang berliku dan berkelok-kelok serta udara tanpa polusi membuat perjalanan menjadi menyenangkan. Kurang lebih 1 km dan 15 menit berjalan kaki dari Desa Hulu Banyu Loksado, saya sudah sampai di sumber air panas Tanuhi.
“Memasuki Desa Hulu Banyu Loksado”
Hmm … ternyata Loksado adalah tempat yang sangat mengasyikkan. Ingin rasanya terus berlama-lama di sini. Berada di tempat ini membuat perasaan menjadi tenang, pikiran menjadi ringan, udaranya yang bersahabat dan juga pemandangannya yang sangat indah.
Berendam di air panas Tanuhi ini membuat badan menjadi ringan, beban di kaki terasa hilang. Di tempat ini memiliki beberapa fasilitas seperti, lapangan tenis, 10 buah cottage, cafetaria, kolam renang, kolam air pans, kantor pengelola, dan loket pos jaga (security), tempat santai, di sini saya bisa sesuka hati memandang pemandangan di sekitar Tanuhi yang dikelilingin pegunungan.
“Sumber Air Panas Tanuhi”
“Cottage Tanuhi”
“Kolam Renang”
Sepertinya kurang afdol rasanya jika saya tidak mengunjungi objek wisata lainnya yang ada di Loksado. Kali ini saya akan menunjungi air terjun Malaris. Selama perjalanan yang mampu ditempuh kurang lebih dua jam dengan berjalan kaki, terlihat beberapa rumah-rumah asli suku dayak meratus. Perjalanan menuju ke air terjun Malaris harus melewati beberapa jembatan gantung. Membuat kepala terasa sedikit pening.
“Rumah Penduduk Suku Dayak Meratus”
“Air Terjun Malaris”
Mungkin agak ada sedikit perbedaan antara air terjun Malaris dengan air terjun Haratai ini, walaupun namanya juga sama-sama air terjun. Untuk bisa mencapai air terjun Haratai ini, saya harus menempuh perjalanan yang begitu lama dan ini harus dilakukan dengan berjalan kaki. Wahhhh, gak kebayang deh berapa banyak tumbuh-tumbuhan yang udah terlalui. Waktu yang digunakan sekitar dua jam lebih. Jalan yang harus dilalui, tak semudah jalan yang dilalui saat menuju air terjun malaris. Emang sih, ada juga jalan yang agak sulit untuk di lewati. Perjalanannya sangat lama, belum lagi sepanjang jalan kenangan selalu di penuhi dengan lubang, becek dan selalu mendaki. Lama-lama pantat bisa gempor dehh,,, hehehe.
Sesampainya di air terjun haratai, segala penat seketika langsung hilang. Melihat derasnya aliran air terjun haratai. Brrr … airnya dingin banget. Rasanya seperti berendam di dalam lelehan es. Kelamaan berendam, bukannya keluar angin tapi jadi masuk angin.
“Jembatan Menuju Air Terjun Haratai”
“Objek Wisata Tanuhi”
“Air Terjun Haratai”
Gak rugi deh, mengunjungi tempat-tempat wisata di Kalimantan Selatan. Bener-bener keren. Apalagi nih, kalau nya mengetahui secara detail seluk-beluk, segala aset Kalimantan Selatan. Wahh,,, bisa-bisa jatuh hati deh (sama tempat wisatanya gituuu).
Ternyata memang banyak banget keanekaragaman budaya yang unik dan tempat-tempat wisata, ini membuat Kalimantan Selatan ga pernah sepi di kunjungin oleh para wisatawan dan petualang.
Semestinya, kita patut bersyukur akan segala keanekaragaman yang dimiliki saat ini. Ternyata kita juga ga kalah sama bangsa lain, yang katanya udah maju banget. Kenyataannya, banyak banget turis-turis yang datang ke Indonesia. Hanya untuk melihat, menikmati segala keunikan budaya kita. Sebagai anak bangsa, kita wajib menjaganya, melestarikannya. Jangan sampai terjamah oleh tangan-tangan kotor yang ingin merusaknya.
Sungguh mengesankan, mengunjungi segala tempat wisata di Kalimantan Selatan adalah pengalaman yang tak pernah terlupakan dan hanya mampu terseimpan di dalam benak, pikiran, hati, dan jepretan-jepretan kamera. Hanya deretan kata-kata ini yang bisa di lontarkan untuk Kalimantan Selatan, ”Ih, Wow … Dasyhat … Kerennyaaaa”.

Tidak ada komentar: